Keunikan Paket Wisata Indonesia di Keraton Kasepuhan Cirebon

Cirebon

Meski saat ini hanya merupakan kota kecil saja yang terletak di daerah pesisiran Jawa Barat, tetapi pada zaman dulu Cirebon pernah menjadi sebuah pusat kerajaan Islam. Hal ini ditandai dengan keberadaan bangunan istana atau Keraton Kasepuhan yang sekarang sering dijadikan sebagai salah satu paket wisata Indonesia khususnya wisata budaya dan sejarah. 

Sejarah berdirinya Keraton Kasepuhan
Keraton Kasepuhan Cirebon didirikan pada 1529 masehi oleh Pangeran Cakrabuana. Keraton ini adalah hasil perluasan Keraton Pakungwati yang letaknya di sebelah timur Kasepuhan dan dibangun pada 1452. Penyebutan keraton lama ini berasal dari nama istri Sunan Gunung Jati, Ratu Dewi Pakungwati. 

Pangeran Cakrabuana sendiri merupakan salah satu keturunan dari kerajaan Padjajaran, Prabu Siliwangi. Meski menyandang status sebagai putra mahkota, tapi pangeran Cakrabuana lebih suka memisahkan diri dari Padjajaran dan mendirikan kerajaan sendiri di Cirebon. Tujuannya adalah agar lebih bebas mengembangkan ajaran agama Islam. 

Pada tahun 1969 terjadi konflik di antara anggota keluarga keraton. Konflik tersebut membuat Kesultanan Cirebon pecah menjadi 2 yaitu Kasepuhan dan Kanoman. Kesultanan Kanoman dipimpin raja dengan gelar Sultan Anom, sedangkan raja Kasepuhan bergelar Sultan Sepuh. 

Alun-alun
Sama dengan bangunan keraton lain yang ada di pulau Jawa, Keraton Kasepuhan menghadap arah utara. Di depannya terdapat alun-alun bernama Sangkala Buana. Lapangan luas ini dulu sering dipakai sebagai tempat latihan perang para prajurit yang digelar setiap hari Sabtu. 

Selain itu, juga digunakan raja mengeluarkan pengumuman atau sabda. Rakyat yang diundang akan duduk atau berdiri di sekitar lapangan sambil mendengarkan petuah dari raja. Perayaan dan pesta rakyat kerajaan juga sering diselenggarakan di tempat ini. 

Di sebelah barat bangunan utama terdapat masjid besar yang dinamakan Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang didirikan oleh para wali atau pemuka agama. Sedangkan di sisi timurnya ada pasar yang menjadi salah satu pusat kegiatan perekonomian kerajaan. Pasar ini masih ada dan terkenal dengan minuman teh pocinya. 

Arsitektur bangunan
Sebelum menyaksikan bangunan utama pengunjung akan memasuki gerbang depan bernama Kreteg Pangrawit yang artinya jembatan kecil. Selain itu masih ada pintu gerbang lain namun terletak di belakang bangunan dan dikasih nama Lawang Sanga. 

Dari pintu gerbang, pengunjung akan memasuki bangunan utama yang jumlahnya ada 2 yaitu Pancaratna serta Pancaniti. Bangunan pertama, Pancaratna berfungsi sebagai tempat demang atau lurah desa yang mau seba atau menghadap raja. Letaknya ada di sebelah barat dan diberi pagar besi di sekilingnya. 

Sedangkan bangunan kedua, Pancaniti digunakan sebagai tempat persidangan dan pengadilan ketika ada anggota keluarga kerajaan, prajurit dan pegawai istana yang melakukan kesalahan. Bangunan ini berbentuk pendopo dan memiliki ukuran yang sama dengan bangunan pertama, 8 x 8 meter. 

Selain Pancaratna dan Pancaniti, ada sebuah bangunan tinggi yang dinamakan Siti Inggil atau lemah duwur. Di area tersebut ada bangunan terbuka yang jumlahnya ada 5. Masing-masing mempunyai nama sebutan dan fungsi yang berbeda-beda. 

Dari Siti Inggil pengunjung akan diajak menyaksikan bangunan induk yang dinamakan Tajug Agung. Di area ini masih terdapat beberapa bangunan lagi yang sekarang difungsikan sebagai museum kereta, museum benda kuno dan sebagainya. Selain itu ada taman Dewandaru yang bentuknya melingkar. 

Sebagian bangunan yang ada di kompleks Keraton Kasepuhan Cirebon merupakan kombinasi atau paduan beberapa gaya arsiktektur dari Cina, Eropa, Arab dan Jawa. Paduan ini kemudian menghasilkan aneka desain eksterior dan interior yang sangat indah dan unik.

Keindahan serta keunikan inilah yang membuat obyek paket wisata Indonesia tersebut makin sering dikunjungi pelancong. Terutama para penggemar kegiatan wisata budaya dan sejarah.

0 komentar:

Post a Comment