Pengetahuan Tekanan Darah Pada Manusia


Tekanan Darah Pada Manusia – kali ini Ade putera akan share artikel mengenai Tekanan Darah pada manusia. Tekanan Darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti curah jantung, ketengagan arteri, dan volume, laju serta kekentalan (viskositas) darah. Tekanan darah terjadi akibat fenomena siklis. Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontaraksi dan disebut tekanan sistolik.

Tekanan diastolik adalah tekanan terendah, yang terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasiko tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90 mmHg. Rata-rata tekanan darah normal adalah 120/80 mmHg.

Pengetahuan Tekanan Darah Pada Manusia

Tekanan arteri rata-rata merupakan tenaga utama yang mendorong darah ke jaringan. Tekanan tersebut harus dijaga karena jika terlalu lemah, aliran darah tidak akan adekuat ke organ dan jaringan. Sementara jika berlebih, jantung akan bekerja terlalu keras serta terjadi peningkatan resiko kerusakan vaskular maupun rupturnya pembuluh darah kecil.

Tekanan ini ditentukan oleh dua faktor yaitu cardiac output dan resistensi perifer total (TPR). Karena tergantung dengan cardiac output dan derajat vasokonstriksi arteriol, jika arteriol dalam suatu organ berdilatasi, arteriol di organ lain harus berkonstriksi untuk tetap menjaga tekanan darah yang adekuat.

Tekanan yang adekuat tersebut tidak hanya membantu darah untuk terbawa ke organ yang bervasodilatasi, tapi juga ke otak yang tergantung pada volume darah yang konstan. Oleh karena itu, walaupun organ-organ membutuhkan darah secara bervariasi, sistem kardiovaskular selalu menjaga supaya tekanan darah tetap konstan.

Tekanan arteri rata-rata secara konstan dimonitor oleh baroreseptor di dalam sistem sirkulasi. Saat deviasi terdeteksi, respon refleks multiple akan terinisiasi untuk mengembalikan ke nilai normal. Penentuan jangka pendek yang terjadi dalam hitungan detik terjadi karena perubahan cardiac output dan resistensi perifer total yang dimediasi oleh sistem saraf otonom yang mempengaruhi jantung, vena dan arteriol. Jangka panjang, yang terjadi dalam hitungan menit sampai hari, melibatkan penentuan total volume darah dengan memulihkan garam normal dan keseimbangan air melalui mekanisme yang mengatur output urin dan rasa haus.
Berikut adalah faktor-faktor fisiologis utama yang dapat mempengaruhi tekanan darah.


  1. Pengembalian darah melalui vena/jumlah darah yang kembali ke jantung melalui vena. Jika darah yang kembali menurun, otot jantung tidak akan terdistensi, kekuatan ventrikular pada fase sistolik akan menurun dan tekanan darah akan menurun. Hal ini bisa disebabkan oleh perdarahan berat. Pada keadaan tidur atau berbaring dimana tubuh dalam keadaan posisi horizontal, pengembalian darah ke jantung melalui vena bisa dipertahankan dengan mudah. Tapi, ketika berdiri aliran darah vena kembali ke jantung mengalami tahanan lain, yaitu gravitasi. Tedapat tiga mekanisme membantu pengembalian darah melalui vena, yakni konstriksi vena, pompa otot rangka, dan pompa respirasi.
  2. Frekuensi dan kekuatan kontraksi jantung. Secara umum, apabila frekuensi dan kekuatan kontraksi jantung meningkat, tekanan darah ikut meningkat. Inilah yang terjadi saat exercise. Akan tetapi, apabila jantung berdetak terlalu kencang, ventrikel tidak akan terisi sepenuhnya diantara detakan, sehingga curah jantung dan tekanan darah akan menurun.
  3. Resistensi perifer. Yaitu resisitensi dari pembuluh darah bagi aliran darah. Arteri dan vena biasanya sedikit terkonstriksi, sehingga tekanan darah diastol normal.
  4. Elastisitas arteri besar. Saat ventrikel kanan berkontraksi, darah yang memasuki arteri besar akan membuat dinding arteri berdistensi. Dinding arteri bersifat elastis dan dapat menyerap sebagain gaya yang dihasilkan aliran darah. Elastisitas ini menyebabkan tekanan diastol yang meningkat dan sistol yang menurun. Saat ventrikel kiri berelaksasi, dinding arteri juga akan kembali ke ukuran awal, sehingga tekanan diastol tetap berada di batas normal.
  5. Viskositas darah. Viskositas darah normal bergantung pada keberadaan sel darah merah dan protein plasma, terutama albumin. Kadar sel darah merah yang terlalu tinggi pada seseorang, sehingga menyebabkan peningkatan viskositas darah dan tekanan darah, sangatlah jarang, akan tetapi masih dapat terjadi pada kondisi polisitemia vena dan perokok berat. Kekurangan sel darah merah, seperti pada kondisi anemia, akan menyebabkan kondisi berbalik dari sebelumnya. Pada saat kekurangan, mekanisme penjaga tekanan darah seperti vasokonstriksi akan terjadi untuk mempertahankan tekanan darah normal.
  6. Kehilangan darah. Kehilangan darah dalam jumlah kecil, seperti saat donor darah, akan menyebabkan penurunan tekanan darah sementara, yang akan langsung dikompensasi dengan peningkatan tekanan darah dan peningkatan vasokonstriksi. Akan tetapi, setelah perdarahan berat, mekanisme kompensasi ini takkan cukup untuk mempertahankan tekanan darah normal dan aliran darah ke otak. Walaupun seseorang dapat selamat dari kehilangan 50% dari total darah tubuh, kemungkinan terjadinya cedera otak meningkat karena banyaknya darah yang hilang dan tidak dapat diganti segera.
  7. Hormon. Beberapa hormon memiliki efek terhadap tekanan darah. Contohnya, pada saat stress, medula kelenjar adrenal akan menyekresikan norepinefrin dan epinefrin, yang keduanya akan menyebabkan vasokonstriksi sehingga meningkatkan tekanan darah. Selain dari vasokonstriksi, epinefrin juga berfungsi meningkatkan heart rate dan gaya kontraksi. Hormon lain yang berperan adalah ADH yang disekresikan oleh kelenjar hipofisis posterior saat tubuh mengalami kekurangan cairan. ADH akan meningkatkan reabsorpsi cairan pada ginjal sehingga tekanan darah tidak akan semakin turun. Hormon lain, aldosteron, memiliki efek serupa pada ginjal, dimana aldosteron akan mempromosikan reabsorpsi Na+, lalu air akan mengikuti ion Na+ ke darah.

Mengukur Tekanan Darah

Tekanan darah dapat diukur secara langsung atau tidak langsung, pada metode langsung, kateter arteri dimasukan kedalam arteri, pengukuran tidak langsung dilakukan dengan sfigmomanometer dan stetoskop. Sfigmomanometer tersusun atas manset yang dapat dikembangkan dan alat pengukur tekanan yang berhubungan dengan rongga dalam manset. Alat ini dikalibrasi sedemikian rupa sehingga tekanan yang terbaca pada manometer sesuai dengan tekanan dalam millimeter air raksa yang dihantarkan oleh arteri brakialis. Manset di balutkan dengan kencang dan lembut pada lengan atas dan dikembangkan dengan pompa. Tekanan dalam manset dinaikan sampai denyut radial atau barkial menghilang. Hilangnya denyutan menunjukan bahwa tekanan sitolik darah telah dilampaui dan arteri brakialis telah ditutup. Manset dikembangkan lagi sebesar 20 sampai 30 mm Hg di atas titik hilangnya denyutan radial. Manset kemudian dikempiskan perlahan, dan dilakukan pembacaan secara auskultasi maupun palpasi. Dengan auskultasi kita dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolic dengan lebih akurat.

Untuk mengauskultasi tekanan  darah, ujung stetoskop yang berbentuk corong atau diafragma diletakan pada arteri brakialis, tepat dibawah lipatan siku yang merupakan titik dimana arteri brakialis muncul diantara kedua kaput otot biseps. Manset dikempiskan dengan kecepatan 2 sampai 3 mm Hg per detik, sementara kita mendengarkan awitan bunyi berdetak, yang menunjukan tekanan darah sistolik. Dan akan terus terdengar dari arteri brakhialis sampai tekanan dalam manset turun dibawah tekanan diastolik

Ukuran Manset

Pengkuran tekanan darah yang akurat tergantung juga pada pemakaian manset yang sesuai ukurannya bagi ibu hamil, bila manset terlalu besar untuk lengan pasien maka pembacaan akan terlalu rendah dari tekanan sebenarnya. Bila manset terlalu kecil, misalnya pada pengunaan manset ukuran standar pada pasien obes, maka pembacaan takanan darah akan lebih tinggi di bandingkan tekanan sebanarnya. Akan diduga hipertensi tetapi yang sebanarnya normal. Maka diproduksi berbagai ukuran manset untuk berbagai ukuran lingkar lengan. Yang perlu diperhatikan agar pengukuran tekanan darah dapat benar-benar akurat :

Ukuran manset harus sesuai Sfigmomanometer dan manset harus baik dan sesuai
Manset dipasang dengan benar pada lengan, dan balon manset harus berada ditengah di atas arteri brakialis.
Lengan pasien harus setinggi jantung atau posisi berbaring.

Pencatatan harus dilakukan pada kedua lengan yang tekanannya lebih tinggi. Normalnya bila tidak ada penyakit pada pembuluh darah, tidak mungkin terdapat perbedaan tekanan  lebih dari 15 mm Hg antara kedua lengan .

Posisi pasien dan letak pengukuran tekanan darah (misanya RA untuk lengan kanan ) dicatat.
Pasien diminta tidak berbicara selama pengukuran tekanan darah dan rileks
Sebaiknya sudah istrahat 5 menit dan tidak makan/merokok dalam 30 menit sebelum diukur.

Demikianlah artikel mengenai Tekanan Darah Pada manusia, semoga artikel ini dapat memebrikan informasi yang bermanfaat bagi kita semua.

0 komentar:

Post a Comment