Kontroversi Film Cinta Tapi Beda

Kontroversi Film Cinta Tapi Beda - Kontroversi penayangan film Cinta Tapi Beda akhirnya menyeret Hanung Bramantyo dan kawan kawan berurusan dengan pihak berwajib. Tiga organisasi perwakilan masyarakat Minangkabau, Badan Koordinasi Kemasyarakatan & Kebudayaan Alam Minangkabau (BK3AM), Keluarga Mahasiswa Minang Jaya(KMM Jaya), dan Ikatan Pemuda Pemudi Minangkabau Indonesia (IPPMI) telah resmi mengajukan gugatan ke olda Metro Jaya pada hari Senin, 07/01.

Hanung Bramantyo sebenarnya mengaku sudah meminta pihak bioskop untuk menghentikan penayangan film Cinta tapi Beda di bioskop. Dan pada hari Sabtu (05/01) kemarin menurutnya merupakan hari terakhir film Cinta Tapi Beda tayang di bioskop. Tapi saat di cek di situs resmi Cineplex, film tersebut masih tayang di beberapa kota.

Kontroversi Film Cinta Tapi Beda - Ade putera





Penyebab Cinta Tapi Beda Di Polisikan
Film Cinta tapi Beda mengangkat cerita percintaan antara Cahyo (Jogja) dan Diana (Padang). Cinta kedua insan ini terhalang perbedaan keyakinan. Tapi bukan cerita cinta beda keyakinan itu yang mejadi penyebab utama kontroversi film Cinta Tapi beda yang akhirnya di laporkan ke polisi. Melainkan latar belakang kehidupan Diana yang menjadi persoalan.

Menurut Zulhenri Hasan SH, pengacara yang mewakili BK3AM, KMM Jaya dan IPPMI, film ini sudah melukai perasaan masyarakat suku minang.

"Film ini menurut kami telah menanamkan rasa kebencian, penghinaan terhadap suku Minang. Dalam film ini menampilkan Diana, sebagai penganut Katolik fanatik yang berasal dari Padang," katar Zulhenri, setelah selesai melapor.

"Dalam film ini juga menampilkan, bahwa masakan keluarga favorit dari keluarga Diana yang berasa dari Padang, adalah babi rica-rica," tambahnya.

Menurutnya, apa yang diangkat Hanung dalam film Cinta Tapi Beda adalah sesuatu yang bertentangan dengan kondisi sebenarnya.

"Bertolak belakang dengan kenyataan. Padang itu identik dengan Minangkabau, Minangkabau itu identik dengan Islam," tegasnya.

Sungguh disayangkan, sutradara sebesar Hanung Bramantyo mengangkat Film dengan tema SARA, namun melupakan latar belakang suku yang menjadi pokok cerita.

Dan pihak yang dilaporkan yaitu : Hanung Bramantyo, produser Raam Punjabi, dan aktris Agni Pratistha

Perbedaan itu memang indah, keragaman di Indonesia juga merupakan khasanah budaya bangsa. Namun tetap saja harus ada titik-titik dimana semua orang harus saling menghormati dan tidak menyentuh prinsip dan keyakinan yang di anut masyarakatnya.

Sebenarnya masih wilayah atau daerah di Indonesia yang mayoritas penduduknya mewakili karakter Diana, bukan Minangkabau (Padang) yang sudah dikenal apa yang mereka anut dan yakini.

0 komentar:

Post a Comment