SIAPA UDIN BALOK? PANGLIMA KUMBANG, GELAR ATAU JULUKAN


Siapa sebenarnya Udin Balok ? Panglima Kumbang.
Minggu, 04 November 2012 - 21:38:41 WIB

UdinBalok
NAMA Udin Balok alias Pangkalima Kumbang kembali menjadi pembicaraan.  Kerusuhan etnis di Tarakan, Kalimantan Timur, tahun 2010 lalu,  peran Udin Balok begitu terlihat. Udin Balok dengan sebutan Pangkalima (baca :panglima) Kumbang juga dikait-kaitkan saat kerusuhan etnis Sampit. Kini, pria dengan wajah penuh tato itu telah menjadi selebritas. Ia terlibat peran dalam syuting film Perawan Dayak. Siapa sebenarnya Udin Balok? Benarkah dia Pangkalima Kumbang? Gelar atau sekadar julukan?
Ada yang menyebut Udin Balok berasal dari Kabupaten Katingan, Kalteng dan belakangan banyak berkiprah di Kalimantan Timur. Ada pula yang menyebut pria bernama asli Stefanus tersebut berasal dari Samarinda, Kaltim.
Bagi masyarakat Dayak gelar Pangkalima bukanlah sembarang gelar. Seseorang yang menyandang gelar Pangkalima adalah sosok yang dianggap terpandang di masyarakat karena memiliki kelebihan dan selalu menjadi pelindung masyarakat Dayak.
Seorang Pangkalima juga jarang mau menampakan diri di masyarakat sebagai seorang Pangkalima melainkan sebagai rakyat biasanya.  Tidak heran apabila ada beberapa Pangkalima yang masih misterius keberadaannya. Sosok Pangkalima selalu digambarkan sebagai seorang yang sederhana dan bersahabat dengan semua orang. 
Catatan Bonny Bulang pada blog pribadinya benua.dayak.blogspot.comsosok Udin Balok sudah tidak asing bagi dirinya. Ia bersama Udin Balok pernah melakukan aksi damai di Bundaran HI Jakarta pada 8 Januari 2011 saat mengecam pernyataan Profesor Thamrin Amal Tamagola yang melecehkan masyarakat Dayak. Udin Balok hadir di sana dan mengaku Pangkalima Kumbang.
“Saya ingat betul waktu itu ketika ada yangg bertanya bapak siapa? Udin menjawab kalau orang-orang memanggil dirinya Pangkalima Kumbang” ujar Bonny Bulang.

Menurut Bonny, dari penjelasan Thoeseng, Pengurus MADN Bidang Kebudayaan dan Pariwisata, bahwa nama Pangkalima Kumbang yang disandang Udin Balok hanya julukan kepadanya. 
“Pangkalima Kumbang itu sesungguhnya hanya julukan kepada dirinya karena dia sering berpergian ke sana-sini seperti Kumbang. Lama-kelamaan orang disekitarnya memanggil dia dengan sebutan Pangkalima Kumbang. Jadi panggilan Pangkalima Kumbang pada Udin Balok bukan merupakan gelar Pangkalima Dayak seperti berita di masyarakat selama ini,” Tegas Thoeseng.
Seperti film mitologi, kerusuhan di Tarakan maupun di Sampit  menyisakan kisah-kisah menarik di kalangan masyarakat. Di balik trauma yang masih menghantui sebagian warga, terdapat kisah-kisah berbau mitos. Tentu saja kisah-kisah bernuansa mitos itu adalah kehadiran dua panglima perang bergelar Panglima Kumbang dan Panglima Burung.
Keduanya berasal dari Suku Dayak, Kalimantan Tengah. Namun, kesaktiannya berbeda. Panglima Kumbang bisa membuat kebal secara massal melalui proses ritual tertentu. Adapun kesaktian Panglima Burung mampu memasukkan roh kepada semua anggota pasukan di lapangan sehingga mereka mengamuk hingga tak sadarkan diri menghabisi lawan-lawannya.
Selain itu, Panglima Burung dapat menggerakkan pedang hingga melayang di udara. Pedang-pedang itu bergerak sendiri mencincang leher lawan yang telah ditentukan asalnya. Menurut cerita warga, kesaktian Panglima Burung inilah yang bekerja pada kerusuhan di Sampit beberapa tahun lalu.
Bagi warga Tidung, Tarakan, Panglima Kumbang adalah sosok "pahlawan" di komunitasnya. Dia bukan preman di mata mereka. Yang jelas, dia salah seorang "tokoh" yang dirasa penting untuk dihadirkan demi mengamankan kesepakatan damai di Tarakan. Setidaknya, dia telah mendapat perhatian dari jajaran pengamanan dan pihak-pihak lainnya. Sang Panglima telah "mendapatkan ruang" di hadapan Kapolri pada saat kunjungan damai tersebut.
Azis, warga Nunukan menerangkan bahwa Panglima Kumbang bisa jadi sebuah terapi untuk suatu perdamaian. Sebaliknya akan menjadi sugesti bagi kelompok tertentu untuk lebih energik dalam sebuah konflik. "Tapi maaf, saya sama sekali tidak menyebut sosok itu sebagai preman," kata pria berdarah Tidung dan Bugis ini. Sebagian warga Tarakan mengatakan bahwa panglima Kumbang ini pula yang hadir di tengah-tengah kerusuhan Sampit beberapa tahun lalu.
Antara percaya dan tidak, kesaktian Panglima Burung inilah yang ditakuti para warga. Jangan-jangan itu bukan sekadar mitos. Boleh jadi itu hanya mitos. Namun, di sisi lain, disebutkan juga bahwa Panglima Burung sebetulnya sangat bijak. Dia orang baik. Ia dituakan. Kalau masih ada jalan damai, Panglima Burung memilih yang terbaik untuk kebaikan semua.
“Dia itu simbol dari orang-orang sabar dan sederhana. Kalau sudah menyangkut harga diri dan penghinaan dan tidak ada jalan lain, barulah turun. Makanya, Panglima Burung tidak sembarang turun. Ia sangat selektif," kata Jaya, 78, tetua adat Tidung yang kesehariannya mencari rumput laut.
Lantas bagaimana menangkal kesaktian Panglima Burung? Seorang tetua adat asal Sulsel di Nunukan mengisahkan dengan bahasa konon. Katanya, kesaktian Panglima Kumbang dan Panglima Burung terjadi pada ratusan tahun silam. Yang ada sekarang tinggal generasinya.
Beberapa warga di Nunukan mengaku sering mendengar bahwa kesaktian Panglima Burung pernah mendapat tantangan dari orang Bugis yang datang dari Kajang. Kisah ini lagi-lagi bernuansa mitos. Betapa tidak, ketika Panglima Burung mendemonstrasikan kesaktiannya, datang pula orang sakti dari Bugis Kajang.
Bugis Kajang menebar beras ke bumi. Hanya dengan mengayunkan telunjuknya dengan gerakan melingkar, ribuan biji beras itu pun bergerak sendiri hingga bersatu dalam sebuah onggokan.
Panglima Burung yang menyaksikan adegan itu, awalnya biasa-biasa saja. Namun, ketika dijelaskan, bahwa ini hanya contoh bagaimana orang Bugis Kajang mampu mengumpulkan lawan-lawannya yang tersebar di medan konflik seperti dengan mudahnya mengumpulkan biji-biji beras itu. Setelah lawan-lawannya terkumpul, barulah dengan mudah diperdayai. Mereka tidak bisa melawan.
"Namun demikian, orang Bugis tidak akan memperdayai orang-orang yang sudah tidak berdaya lagi," kata Ketua Perguruan Seni Bela Diri Tapak Suci Putra Muhammadiyah, Pimda 212 Kabupaten Nunukan, Andi Kaharuddin Andi Tokkong.
Sebagaimana diberitakan, kontroversi terkait kabar yang berembus --soal pemberian gelar Adat Dayak kepada artis seksi Julia Perez alias Jupe, masih terus berlanjut. Apalagi, banyak kalangan dari tokoh-tokoh adat yang melakukan protes keras terhadap sebutan Nyai Intan Garinda itu.
Rupanya, menurut Pangkalima Kumbang alias Udin Balok "tokoh Dayak asal Katingan yang belakangan banyak berkiprah di Kaltim-- pemberian sebutan yang diberikan oleh tokoh dan masyarakat Tumbang Manggu Kabupaten Katingan itu bukanlah gelar, tapi hanya sebatas sebutan saja.
"Jupe itu khan orang jauh. Sebutan itu bukan gelar yang pemberiannya harus melewati beberapa proses. Ini bisa dikatakan hanya panggilan saja. Misalnya kita dekat dengan seseorang, sehingga kita memberinya sebutan, sehingga tidak perlu pengesahan," ujar Udin Balok dalam jumpa pers di kediaman Ketua Presidium LMDD-KT, KMA Usop. (jpnn/berbagai sumber)

Sumber : Radar Sampit

2 komentar:

  1. Pertanyaan saya...banyak PANGLIMA perang namun siapa RAJA mereka ?...
    Maaf saya bertanya begitu...smoga di maklumi...

    ReplyDelete
  2. pangeran suriansyah adalah raja dikalimantan

    ReplyDelete